Selasa, 23 Agustus 2011

story part-1

Hari ini Arin telah membuat janji untuk bertemu dengan Angga, yah Angga merupakan pacar arin yang sekarang, sudah sekitar setengah tahun mereka berpacaran, dan hari ini adalah hari ulang tahun Arin, mereka berdua telah merencankan untuk merayakannya bersama. Drrrtt…drrrtt…drrrttt… ponsel arin bergetar, arin langsung bergegas mengambil ponselnya yang terletak diatas meja riasnya. Ternyata angga yang mengirim pesan singkat untuknya.
“aku sebentar lagi sampe di depan rumah kamu, wait me..” arin langsung tersenyum setelah menerima sms dari angga, hari ini dia berdandan dengan cantik, arin mengenakan sack dress selutut berwarna pink baby dengan aksesoris yang senada, dia merias wajahnya dengan polesan make-up yang tipis sehingga membuat wajahnya terlihat lebih manis. Arin lalu memasukkan ponselnya kedalam tas kecil yang ia bawa.
“riiiinnn, angga udah nunggu di bawah tuh..” teriak mamahnya dari bawah.
“ia maahh, tunggu sebentar..” sebelum turun ke bawah untuk menemui angga, arin memastikan untuk yang terakhir kalinya bahwa penampilannya sudah rapih, ia kembali berkaca dan memastikan semuanya sudah sempurna. Kali ini arin membiarkan rambutnya tergerai sebahu. Arin lalu segera turun kebawah, dan menemui angga.
“mah aku pergi dulu ya…” arin mengecup pipih mamahnya lalu pergi bersama angga.
Mereke berdua sedang dalam perjalanan menuju resto favorite mereka di kawasan kemang, Jakarta. Arin merasakan jantungnya berdegup tidak seperti biasanya, ia begitu menantikan hari ini, hari dimana ia akan merayakan sweet seventeen-nya bersama seseorang yang special baginya, Angga.
Malam itu angga terlihat sangat tampan dengan balutan baju kemeja yang dilapisi dengan tuxedo, angga menata rambutnya lain dari biasanya, membuatnya terlihat berbeda. Angga juga melepas piercing yang biasanya selalu menghiasi telinga kirinya.
“udah sampe nih..” sesampainya di resto angga terlebih dahulu turun dan membukakan pintu untuk arin, perlakuan yang menambah nilai plus untuk angga dimata arin.
“makasih.” Ucap arin dengan seulas senyum, saat angga membukakan pintu untuknya
anything for you my bee…” lalu mereka berdua masuk dan menuju halaman belakang resto. Annga men-design resto tersebut dengan lilin-lilin yang membentuk tulisan sweet seventeen, dengan nuansa yang sangat romantic untuk mereka berdua nikmati.
Seorang pelayan datang dan menghampiri meja mereka.
“silahkan, mau pesan apa?.” Tanya pelayan tersebut dengan ramah.
Angga dan arin sama-sama sibuk memperhatikan menu yang ada dihadapan mereka.
“aku samain aja deh sama kamu ga..” putus arin dengan cepat dan meletakkan buku menunya.
“yaudah kalo gitu, beef sirloin steaknya dua sama ice cappuccino-nya dua ya mbak.”
“baik, saya ulangi ya, dua beef sirloin steak dan dua ice cappuccino. Saya permisi, silahkan ditunggu pesanannya..” setelah mencatat dan mengulangi apa yang dipesan, pelayan tersebut kembali ke dalam resto.
Arin tampak senang dengan kado yang diberikan oleh Angga, sebuah candle light dinner dengan nuansa yang romantis dan diterangi oleh lilin-lilin yang cahayanya temaram, sebuah lagu klasik  mengalun mengiringi acara makan malam mereka.
happy sweet seventeen sayang..,” sebuah ucapan selamat yang terlontar dari mulut Annga membuat Arin semakin merasa dirinya jauh melayang. arin merasa dirinya menjadi wanita yang sangat spesial diantara wanita yang lainnya. Malam itu Angga memperlakukan dirinya dengan sangat specsial.

Minggu, 19 Juni 2011

unknown-1

“pernah ga sih terfikir sama kamu, kalo omongan yang barusan kamu ucapin itu nyakitin aku?” tiara langsung pergi meninggalkan rumah ardi. “maafin aku ra, aku ga ada maksud untuk nyakitin kamu.”ardi menggenggam tangan tiara sebelum tiara sempat berlalu meninggalkannya. “udah lah ar, aku juga udah cukup tau semuanya, kamu udah punya yang lain, dan kita ga akan bisa balikan, i just wanna go home.”, tapi ardi belum mau melepaskan tiara, dia masih tidak tega untuk melihat orang yang pernah mengisi dan menemani hari-harinya ini menangis karna tersakiti oleh dirinya, walaupun sebenarnya dia tidak pernah ada maksud untuk melakukan hal tersebut. “lepasin aku, nothing else we need to talk di.” Tapi ardi tidak melepaskan genggaman tanggannya, ardi malah menarik tiara ke dalam pelukannya agar tiara bisa menangis di pelukan ardi, tiara berusah mengelak dan melepaskan diri, tiara ingin melupakan ardi, udah ga ada lagi yang bisa diharapkan, mereka udah ga bisa balik kaya dulu, walaupun sebenernya tiara masih mengharapkan hal itu.
“lepasin aku ar,” tiara berbicara dengan nada suara yang bergetar, dia udah ga mampu lagi membendung air matanya. “aku ga mau ngeliat kamu nangis, aku akan ngelepasin kamu setelah kamu berhenti menangis dan merasa lebih tenang.” Ardi mengusap kepala tiara, hal itu yang selalu di lakukannya untuk menenangkan tiara apabila di sedang bersedih. “percuma aku ga akan berhenti menangis, buat apa kamu masih nahan aku disini.” Ardi teringat kembali akan perkataan tiara saat mereka masih berpacaran. Dulu tiara sempat minta putus karena tiara tidak ingin ardi mempunyai pacar yang penyakitan seperti tiara, dia ingin ardi bersama wanita yang lebih layak untuk dirinya, tetapi saat itu ardi tidak memperdulikan ucapan tiara, dia mengatakan bahwa semua itu tidak akan merubah apapun karna ardi hanya mencintai tiara bukan wanita lain, tapi keadaannya sekarang berbalik, tiara dan ardi putus, tetapi bukan karna penyakit yang diidab oleh tiara, hanya saja menurut ardi inilah keputusan yang  terbaik untuk mereka berdua. Tetapi sayangnya ardi belum mengetahui bahwa penyakit tiara sudah semakin parah, hanya karena ardi lah tiara mampu untuk bertahan melawan penyakit yang dideritanya, tapi sekarang harapan tiara untuk sembuh sudah hilang, ardi sudah memiliki sosok lain yang ia cintai. Perlahan tangis tiara sudah tak terdengar lagi, ia sudah berhenti menangis karna ia merasa lelah. ”aku mau pulang..” pinta tiara kepada ardi, wajah tiara terlihat sangat pucat, ardi tau pasti ini semua karna penyakit yang diderita oleh tiara. “aku anter kamu sampe rumah”, “ga usah aku bisa pulang sendiri, kamu ga perlu lagi nganter aku.” Tiara menolak tawaran ardi, dia tidak ingin semua kenangan itu kembali mengisi otaknya, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya. “kamu pucet ra, aku ga mau kamu kenapa-kenapa..” ardi masih sedikit memaksa tiara agar ia mau untuk di antar pulang olehnya, “peduli apa kamu sama aku ar?” tiara malah bertanya kepada ardi dengan nada yang sinis. Tiara tidak ingin ardi berpura-pura peduli padanya. Tiara mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya terasa sangat sakit, bahkan dia tidak mampu untuk menopang badannya, ardi dengan refleks bangun dan menahan tubuh tiara dari belakang.
“i can do it by my self ar.” Tiara melepaskan tangan ardi yang memegang lengannya, dia berjalan keluar dari kamar ardi, dan pulang sendiri. “kamu mau kemana??biar aku anter kamu pulang, kondisi kamu lagi gak sehat ra..”ardi mengikuti tiara keluar,tapi tiara sama sekali tidak menggubris ucapan ardi, dia tetap berjalan tanpa memperdulikan ardi. Ardi ga mampu untuk berbuat apa-apa, akhirnya dia menghubungu teman dekatnya.
Tuutt..tuuutt,klik. “halo rian, ya tolong gue, tiara baru aja balik dari rumah gue, tolong loe ikutin dia gue takut dia kenapa-kenapa, soalnya kondisi dia lagi ga sehat,thanks ya…” akhirnya ardi hanya bisa menunggu di rumahnya, dia sangat khawatir dengan keadaan tiara yang sedang sakit. Saat sedang menunggu kabar dari rian, rintik-rintik hujan mulai turun, kekhawatiran ardi semakin bertambah. Tiba-tiba handphone ardi bergetar, ardi bergegas membuka Hpnya, ternyata pesan dari rian.. “tiara ga pulang ke rumahnya, dia lagi jalan sendiri tapi gw gatau kmn, dia keujanan ar…” setelah membaca pesan dari iran, ardi langsung mengambil jaketnya dan menyusul rian, dia ga membawa motornya. “halo, rian lo dimana?” ardi sempat menghubungi rian untuk mengetahui keberadaannya, ternyata saat rian menyebutkan daerah dimana dia berada, ardi tau bahwa tiara pergi ke tempat dulu mereka sering bertemu. Sedikit terbersit perasaan menyesal dihati ardi, karena tanpa sengaja ia menyakiti perasaan tiara, wanita yang sangat mencintainya dari dulu hingga sekarang.
“kita tetep ikutin dia sampe dia berhenti..” ardi sekarang sudah berada dalam satu mobil bersama rian, mereka masih mengikuti tiara dari belakang, tetapi saat mereka mengikuti tiara, tiba-tiba saja tiara jatuh pingsan, ardi langsung menyuruh rian memberhentikan mobil. Ardi bergegas turun dari dalam mobil dan menghampiri tiara, ardi langsung menggendong tubuh tiara dan membawanya ke dalam mobil, ia menyuruh rian untuk mengarahkan mobil ke rumah sakit terdekat, saat dalam perjalanan ardi terus menatap wajah tiara, mata ardi sempat menangkap ada benda kecil yang digenggam oleh tiara. Liontin hati yang di dalamnya terdapat foto mereka berdua.
Setelah tiba d rumah sakit, dokter langsung menangani tiara, dan dilarikan ke ruang ICU rumah sakit tersebut. Ardi dilanda kekhawatiran yang sangat besar, bagaimana bisa dia menyakiti orang yang dulunya sangat ia sayangi dan sekarang dia harus melihat orang tersebut terbaring tak berdaya di ruang ICU, dan itu semua karna kesalahan yang ia perbuat. “loe harus tenang, tiara pasti ga apa-apa ar..” rian berusaha menenangkan sahabatnya ini, dia tau ardi sangat khawatir dengan keadaan tiara. “gimana gw bisa tenang kalo gw belom tau keadaan dia gimana.” Ardi terus saja bolak-balik di depan ruang ICU, akhirnya setelah dua jam ardi menunggu, dokter yang menangani tiara keluar. “gimana dok keadaannya?” Tanya ardi saat dokter keluar dari ruang ICU, “keadaanya agak sedikit parah, tapi saya sudah menanganinya, sekarang dia hanya butuh istirahat” setelah dokter itu berbicara kepada ardi, dokter itu pamit meninggalkan mereka, lalu ardi dan rian masuk untuk melihat kondisi tiara. Ardi ga tega melihat kondisi tiara, ada infuse yang terpasang di tangannya, padahal ardi tau hal yang dibenci oleh tiara adalah saat dia harus di infuse, ardi sedih melihat keadaan tiara yang sekarang ini, dia bahkan sempat menyalahkan dirinya sendiri. Akhirnya malam itu ardi dan rian menginap di rumah sakit untuk menemani tiara, sempat sebelumnya ardi menghubungi ibu tiara agar tidak khawatir.
“sakit…” waktu menunjukkan pukul 8 malam, saat itu tiara merintih kesakitan, tetapi ia tidak terbangun dari tidurnya, rian yang mendengar suara tiara terbangun dan menghampiri tiara. “ra, loe kenapa?” rian mencoba untuk membangunkan tiara, tetapi tiara tetap mengigau kesakitan. Beberapa kali rian memanggil tiara, akhirnya tiara terbangun. “loe kenapa ra??” Tanya rian lagi, “sakit yan, gw ga suka d infuse, gw mau pulang aja..” tiara merasakan ada butiran-butiran hangat yang keluar dari sudut matanya, ia menangis. “tapi lo sakit ra, loe harus di rawat, harus banyak istirahat..”rian mencoba menenangkan tiara, dia ingin membangunkan ardi, hanya saja ia tidak tega melihat temannya itu. “gw ga sakit, gue mau pulang yan, gw ga betah ada disini.” tiara masih tetep ngotot mau pulang, akhirnya dngan terpaksa rian memeluk tiara agar dia tenang, tiara menangis dalam pelukan rian, “gw sayang yan sama ardi, gw mampu bertahan sampe sekarang karna dia yan, gw mau ikut pengobatan dan punya harapan untuk hidup itu semua karna dia, tapi kenapa dia tega nyakitin gue yan, apa karna gue penyakitan, jadi gw nggak pantes dapet kasih sayang dari dia??” tiara mencurahkan segala isi hatinya kepada rian, dia tak mampu untuk membendungnya sendiri, sekarang hatinya terasa begitu sakit. Rian berusaha menenangkan tiara dia mengusap kepala tiara, sama seperti yang dilakukan oleh ardi. Akhirnya tiara mulai tenang, dan perlahan mulai memejamkan matanya kembali. Rian membaringkan tiara dan ga lupa untuk nyelimutin dia.
“gue denger pembicaraan tiara barusan, gw ga bener-bener tidur tadi…” sekarang rian dan ardi berada di depan ruang rawat tiara mereka berdua baru saja selesai makan malam.